Kisah Nabi Musa Yang Di Angkat Menjadi Nabi Dan Di Berikan Dua Mukjizat Dari Allah S.w.t.

advertise here
Fauzilblog001.blogspot.com, kaliini saya akan menulis tentang Nabi Musa yang telah di buang oleh ibu kandungnya sendiri dengan cara di hanyutkan ke sungai nil atas perintah dari Allah S.w.t, langsung simak yuk!!!.  Nabi Nabi Musa A,S, adalah seorang bayi yang dilahirkan dari kalangan Bani Isra'il. yang pada waktu itu dikekuasaani oleh Raja Fir'aun yang kejam dan zalim.

Sedangkan Raja Fir'aun yang pada waktu itu memimpin di Mesir adalah seorang raja yang zalim, kejam dan tidak berperikemanusdiaan, dia memimpin negaranya dengan kekerasan, penindasan dan melakukan segala sesuatu dengan sewenang-wenang, Rakyatnya hidup dalam ketakutan terutama Bani Isra'il yang menjadi budak kekejamannya, kezaliman dan tindakan sewenang-wenang dari raja dan orang-orangnya, Mereka merasa tidak tenteram dan selalu dalam keadaan gelisah, meski mereka berada dalam rumah mereka sendiri.

Raja Fir'aun yang sedang mabuk kekuasaan itu, berbangga dalam kenikmatan dan kesenangan dundiawi yang tidak ada tara, bahkan dia menyatakan dirinya sebagai tuhan yang harus disembah oleh rakyatnya, pada suatu malam Raja fir'aun bermimpi yang di mana dalam mimpinya itu ada seorang anak laki-laki yang mengambil mahkota raja yang di pakai dikepalanya itu, Raja fir'aun merasa bingung sebenarnya apa maksud dari yang di impikannya, kemudian raja fir'aun pun memanggil seorang ahli nujum kerajaan untuk meramalkan mimpinya, kemudian ahli nujum itu pun berkata bahwa akan lahir seorang bayi lelaki yang akan dilahirkan dari kalangan Bani Isra'il dan kelak bayi itu akan menjadi musuh besar kerajaan dan bahkan akan membinasakanmu (raja fir'aun).

Raja Fir'aun pun merasa takut namun dia tidak menampakkan rasa takutnya itu di hadapan rakyatnya, lalu raja fir'aun segera mengeluarkan perintah agar semua bayi lelaki yang dilahirkan di dalam lingkungan kerajaan Mesir dibunuh dan adakan pengusutan yang sangat teliti sehingga tidak ada satu pun bayi laki-laki yang hidup. Maka dilaksanakanlah perintah raja fir'aun oleh para pengawal dan tentera kerajaan, setiap rumah dimasuki dan diselidiki dan setiap perempuan hamil menjadi perhatian mereka pada saat melahirkan bayinya.

Raja Fir'aun pun menjadi sedikit tenang kembali dan merasa aman setelah mendengar para anggota kerajaannya, bahwa wilayah kerajaannya telah menjadi bersih dan tidak ada satu pun dari bayi laki-laki yang masih hidup, dia tidak mengetahui bahwa kehendak Allah tidak dapat dibendung dan bila sudah difirman "Kun" pasti akan wujud dan menjadi kenyataan "Fayakun", Tidak ada kekekuasaanan yang dapat menghalangi ataupun mengagalkan-Nya.

Tidak terlintas sedikitpun dalam fikira raja fir'aun yang kejam dan zalim itu, bahwa sesungguhnya menurut apa yang telah tercatat di Lauhul Mahfudz kerajaan nya yang megah itu akan ditumbangkan oleh seorang bayi yang justru diasuh dan dibesarkan di dalam istananya sendiri dan kelak akan diwarisi oleh umat Bani Isra'il yang dimusuhinya, Bayi asuhnya itu bagaikan bunga mawar yang tumbuh di antara duri-duri yang tajam atau bagaikan fajar yang muncul menyingsing dari tengah kegelapan.


pada waktu itu Yukabad, isteri Imron bin Qahat bin Lawi bin Ya'qub sedang duduk seorang diri di salah satu sudut rumahnya menanti kedatangan seorang tabib yang akan memberi pertolongan untuk melahirkan bayi dari dalam kandungannya itu.
Tak lama ber selang tabib pun datang dan lahirlah bayi yang telah dikandungnya selama sembilan bulan dalam keadaan selamat, namun setelah diketahui bahwa bayi yang di lahirkan Yukabad adalah lelaki maka dia merasa takut, dia merasa sedih dan kawatir bahwa bayinya yang sangat disayangi itu akan dibunuh oleh bala tentara raja Fir'aun, Yukabad meminta pada tabib itu agar merahasdiakan kelahiran bayinya itu dari siapapun, tabib yang merasa kasihan kepada bayi laki-laki yang lucu dan merasa sedih karna seorang ibu akan kehilangan bayi yang baru dilahirkan memberi kesanggupan dan berjanji akan merahasiakan kelahiran bayi itu.

Setelah bayi Yukabad ber usia tiga bulan, Yukabad merasa tidak tenang dan selalu berada dalam kecemasan atas keselamatan bayinya, kemudian Allah pun memberi ilham kepada Yukabad untuk membuang bayinya dengan cara di masukkan ke dalam peti yang tertutup rapat, dan hanyutkanlah peti yang berisi bayi itu terapung di atas sungai Nil, Yukabad tidak boleh cemas ataupun bersedih atas keselamatan bayi itu karena Allah akan menjamin keselamatan bayi itu dan mengembalikan bayi itu kepadamu dan bahkan Allah akan mengutuskannya sebagai seorang rasul.

Dengan bertawakkal kepada Allah dan kepercayaan penuh terhadap jaminan Allah S.w.t, maka di buatnya peti dan di masukkanlah bayi tersebut lalu di hanyutkanlah peti yang berisi bayi itu ke derasnya arus sungai Nil, dan Kakak dari bayi itu diperintahkan oleh ibunya untuk mengawasi dan mengikuti peti yang berisi bayi itu agar diketahui di mana dia berlabuh dan ditangan sdiapa akan jatuh peti yang berisi bayi itu.

kakak Nabi Musa, yang mengikuti hanyutnya peti yang berisi bayi itu waktu dia melihat dari kejauhan bahwa peti yang diawasinya itu, di temukan oleh puteri raja yang kebetulan berada di tepi sungai Nil bersantai bersama beberapa dayangnya dan dibawanya masuk ke dalam istana lalu diserahkan kepada ibunya "isteri Fir'aun".

Yukabad yang segera diberitahu oleh anak perempuannya tentang nasib peti itu, menjadi bersedih karena sedih Yukabad hampir saja membuka rahasdia peti itu, andai saja Allah tidak meneguhkan hatinya dan menguatkan iman Yukabad dengan jaminan Allah yang telah diberikan kepadanya.

kemudian raja fir'aun pun diberitahu oleh Aisah isterinya, tentang bayi laki-laki yang ditemukan di dalam peti dan terapung di atas arus sungai Nil, raja fir'aun pun segera memerintahkan untuk membunuh bayi itu dan berkata kepada isterinya: "Aku sangat kawatir bahwa inilah bayi yang diramalkan akan menghancurkanku, yang akan menjadi musuh dan akan membinasakan kerajaanku yang besar ini," Akan tetapi isteri raja Fir'aun yang sudah terlanjur menaruh simpati dan sayang terhadap bayi yang lucu dan manis itu, berkata kepada suaminya: "Janganlah di bunuh bayi yang tidak berdosa ini, Aku sayang kepadanya dan lebih baik kuta ambil dia sebagai anak, siapa tau kelak dia akan berguna dan bermanfaat untuk kita, Hatiku sangat tertarik kepadanya dan dia akan menjadi kesayanganku dan kesayangmu".
Seperti itu lah jika Allah Yang Maha kuasa menghendaki sesuatu, maka mudahkan lah jalan bagi yang melaksanakannya, Dan selamatlah nyawa putera Yukabad yang telah ditakdirkan oleh Allah untuk menjadi rasul-Nya, menyampaikan amanat wahyu-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang sudah sesat.

Kemudian keluarga fir'aun memberi Nama  pada bayi itu dengan nama Nabi Musa, yang bererti air dan pohon (Mu=air sedangkan Sa=pohon) sesuai dengan tempat ditemukannya bayi laki-laki itu, kemuddian Nabi Musa di bawa ke istana dan di utusnya beberapa dayang untuk menjadi ibu susuan Nabi Musa, Akan tetapi setiap dayang yang mencuba dan memberi air susunya ditolak oleh Nabi Musa yang enggan menyedut dari setiap tetek yang diletakkan ke bibirnya, kemudian isteri Raja Fir'aun pun menjadi bingung memikirkan Nabi Musa (bayi laki-laki yang di pungut) yang menolak untuk menetek dari banyak dayang yang didatangkan ke istana, lalu datanglah kakak Nabi Musa menawarkan untuk menjadi seorang dayang yang menyusui Nabi Musa sebagai orang lain yang mungkin akan diterima oleh bayi itu.


Keluarga Fir'aun pun bertanya kepada kakak Nabi Musa "apakah engkau mengenal bayi itu yang aku beri nama Nabi Musa?" kakak Nabi Musa pun menjawab: "Aku tidak mengenal siapa keluarga dan ibu dari bayi ini, aku hanya ingin menunjukkan satu keluarga yang baik dan selalu rajin mengasuh anak, siapa tau bayi itu mau menerima air susu dari ibu keluarga itu". catatan:(ternyata kakak Nabi Musa datang tidak mendaftarkan diri untuk menyusui Nabi Musa melainkan dia hanya ingin memberi tau kepada keluarga kerajaan bahwa ada seorang ibu yang pandai mengasuh anak orangnya penyabar dan penyayang siapatau Nabi Musa mau menerima susu darinya).

Kemudian saran dari kakak Nabi Musa pun diterima oleh isteri Fir'aun dan segera dijemputlah ibu kandung Nabi Musa sebagai dayang penyusu bayaran untuk Nabi Musa yang sebenarnya adalah anaknya sendiri, Maka begitu bibir bayi menyentuh tetek ibu itu, maka disedutlah air susu ibu itu yang sebenarnya ibu kandungnya sendiri Nabi Musa menetek dengan sangat lahap.
Lalu diserahkanlah Nabi Musa kepada Yukabad ibunya, untuk diasuh selama masa menetek dengan imbalan upah yang besar, Maka dengan demikdian terlaksanalah janji Allah kepada Yukabad bahwa dia akan menerima kembali puteranya itu.

Setelah selesai masa menetek Nabi Musa dikembalikan oleh ibunya ke istana, kemudian dia di asuh, dibesarkan dan dididik sebagaimana anak-anak raja lainnya, Nabi Musa mengenderai kendaraan Fir'aun dan berpakaian sesuai dengan cara-cara Fir'aun berpakaian, sehingga dia dikenal orang sebagai Nabi Musa bin Fir'aun.

Semenjak Nabi Musa dikembalikan ke istana oleh ibunya, Nabi Musa hidup sebagai keluarga kerajaan hingga mencapai usdia dewasa, dimana dia memperolehi asuhan dan pendidikan sesuai dengan tradisi istana. dan Allah memberikannya hikmah dan pengetahuan sebagai persiapan tugas kenabdian dan risalah yang diwahyukan kepadanya, Di samping kesempurnaan dan kekuatan rohani, dia juga di berikan oleh Allah kesempurnaan tubuh dan kekuatan jasmani.

Setelah Nabi Musa mengetahui bahwa dirinya hanya seorang anak pungut yang di besarkan di istana dan tidak ada tetesan darah Fir'aun pun yang mengalir dalam tubuhnya dan bahwa dia adalah keturunan Bani Isra'il yang ditindas dan diperlakukan sewenang-wenang oleh kaum Fir'aun, lalu Nabi Musa pun berjanji kepada dirinya sendiri bahwa dia akan menjadi pembela kamunya yang tertindas dan menjadi pelindung bagi golongan yang lemah yang menjadi sasaran kezaliman dan keganasan para penguasa, karena terdorong oleh rasa setia kawannya kepada orang-orang yang teraniaya, terjadilah suatu peristiwa yang menyebabkan dia terpaksa meninggalkan istana dan keluar dari Mesir. peristiwa itu terjadi ketika Nabi Musa sedang berjalan-jalan di sebuah lorong di tengahari yang mana keadaan kota sepi ketika penduduknya sedang tidur sdiang, dia melihat ada dua orang sedang berkelahi dan salahsatu orang itu adalah dari golongan Bani Isra'il bernama Samiri dan seorang lagi dari kaum Fir'aun bernama Fa'tun, Nabi Musa yang mendengar teriakan Samiri meminta tolong seketika memukul musuhnya Fa'tun yang lebih kuat dan lebih besar dari Samiri hingga seketika itu mati.

Nabi Musa pun terkejut melihat Fa'tun, orang Fir'aun itu mati karena pukulannya yang tidak disengajakan dan tidak berharap untuk membunuhnya, Nabi Musa merasa berdoa ia pun beristighfar kepada Allah memohon ampunan atas perbuatannya yang tidak sengaja telah membunuh salah seorang dari golongan fir'aun.

Peristiwa matinya Fa'tun menjadi ramai dan menarik para penguasa kerajaan yang menduga bahwa orang-orang Isra'illah yang melakukan perbunuhan itu, Mereka menuntut agar pelakunya diberi hukuman yang berat jika dia tertangkap.
Kemudian di utuslah pasukan keamanan negara untuk di kirim ke seluruh pelosok kota mencari jejak orang yang telah membunuh Fa'tun, yang sebenarnya hanya diketahui oleh Samiri dan Nabi Musa saja, akan tetapi meskipun tidak ada orang ketiga yang menyaksikan peristiwa itu, Nabi Musa merasa cemas, takut dan berada dalam keadaan bersedih menghadapi akibat perbuatannya itu bila sampai tercium oleh pihak penguasa, Nabi Musa yang sudah cukup berhati-hati menghindari kemungkinan terbongkarnya rahasdia pembunuhan yang dia lakukan, ia pun dengan tidak sengaja mendapatkan suatu perbuatan yang menyebabkan namanya disebut-sebut sebagai pembunuh yang dicari, Nabi Musa bertemu lagi dengan Samiri yang telah ditolongnya melawan Fa'tun, juga dalam keadaan berkelahi yang kedua kalinya dengan salah seorang dari kaum Fir'aun juga, ketika samiri Melihat Nabi Musa berteriaklah Samiri meminta pertolongannya, Nabi Musa pun menghampiri mereka yang sedang berkelahi sambil berkata kepada Samiri: " Sesungguhnya engkau adalah seorang yang telah sesat".

Samiri mengira bahwa Nabi Musa akan membunuhnya waktu Nabi Musa mendekatinya, lalu berterdiaklah Samiri berkata: "Apakah engkau hendak membunuhku sebagaimana engkau telah membunuh seorang kemarin? Rupanya engkau hendak menjadi seorang yang sewenang-wenang di negeri ini dan bukan orang yang menegakkan keadilan".

Kata-kata Samiri itu segera tertangkap oleh orang-orang Fir'aun, yang dengan cepat memberitahukannya kepada para penguasa yang memang sedang mencari jejaknya, Maka para pembesar pun berunding dengan penguasa Mesir, yang akhirnya memutuskan untuk menangkap Nabi Musa dan membunuhnya sebagai balasan terhadap matinya seorang dari kalangan kaum Fir'aun, ketika orang-orang Fir'aun mengatur rencana penangkapan Nabi Musa, salah satu dari sahabatnya datang dari kota dan memberitahukan kepadanya agar segera meninggalkan Mesir, karena para penguasa Mesir telah memutuskan untuk membunuhnya apabila engkau tertangkap, lalu keluarlah Nabi Musa meninggalkan Mesir, ssebelum anggota polis sempat menutup serta menyekat pintu-pintu gerbangnya.


Nabi Musa pun berdoa kepada Allah: "Ya Tuhanku selamatkanlah aku dari segala tipu daya orang-orang zalim" dan keluarlah Nabi Nabi Musa dari kota Mesir seorang diri, tidak ada pembantu selain inayahnya Allah tidak ada kawan selain cahaya Allah dan tidak ada bekal kecuali iman dan takwa kepada Allah, dan Allah pun menyelamatkan Nabi Musa dari buruan kaum fir'aun yang ganas dan kejam itu.

Setelah menjalani perjalanan selama delapan hari delapan malam tanpa alas kaki dan kedua telapak kakinya pun sampai terkupas, tibalah Nabi Musa di kota Madyan yaitu kota Nabi Syu'aib yang terletak di timur Al-jazirah Sinai dan teluk Aqabah di selatan Palestin, Nabi Nabi Musa beristirehat di bawah pohon yang rindang untuk menghilangkan rasa letihnya karena perjalanan yang sangat jauh, Nabi Musa terdiam seorang diri karena nasibnya sebagai salah seorang bekas anggota istana kerajaan yang menjadi seorang buronan, dia tidak tahu ke mana dia harus pergi dan kepada sdiapa dia harus bertamu, dalam keadaan seperti itu terlihatlah olehnya sekumpulan penggembala berdesak-desak mengelilingi sebuah sumber air yang telah memberi minum hewan ternakannya masing-masing, sedang tidak jauh dari tempat sumber air itu berdiri dua orang gadis yang menantikan giliran untuk memberi minuman hewan ternakannya, jika para penggembala lelaki itu sudah selesai dengan tugasnya, Nabi Musa merasa kasihan melihat kepada dua orang gadis itu yang sedang mengantri, lalu dihampiri dan ditanya oleh Nabi Musa gadis tersebut: " apa yang kamu tunggu di sini?" Kedua gadis itu menjawab: "Kami ingin mengambil air dan memberi minum binatang ternakan kami namun kami tidak dapat berdesak dengan lelaki yang masih berada di situ, Kami akan menunggu sampai mereka selesai memberi minum ternakan mereka, Kami harus lakukan sendiri pekerjaan ini karena ayah kami sudah lanjut usdianya dan tidak dapat berdiri untuk datang ke mari", Lalu tanpa mengucapkan sepatah kata pun diambilkannya timba untuk kedua gadis itu oleh Nabi Musa dan kemuddian dikembalikannya kepada mereka setelah terisi air penuh sedang sekeliling sumber air itu masih padat di keliling para pengembala.


Ketika gadis itu sampai rumah keduanya bercerita kepada ayah mereka tentang kejadian yang di alami tadi siang yang dimana telah di tolong oleh seorang lelaki karena pertolongannya kami bisa lebih cepat kembali ke rumah dari bdiasanya, Ayah kedua gadis yang bernama Syu'aib itu tertarik dengan cerita kedua puterinya, dia ingin berkenalan dengan orang yang baik hati itu yang telah memberi pertolongan kepada kedua puterinya dan sekaligus menytakan terimakasih kepadanya, dia menyuruh salah seorang dari puterinya itu pergi memanggilkan pemuda itu dan mengundangnya datang ke rumah, dengan sedikit malu-malu pergilah puteri Syu'aib menemui Nabi Musa yang masih berada di bawah pohon yang masih melamun, Dalam keadaan letih dan lapar Nabi Musa berdoa: "Ya Tuhanku aku sangat memerlukan belas kasihmu dan memerlukan kebaikan sedikit makanan yang Engkau turunkan kepadaku," berkatalah gadis itu kepada Nabi Musa memotong lamunannya: "Ayahku mengharapkan kedatanganmu ke rumah untuk berkenalan dengan engkau dan ingin memberimu sedikit upah atas jasamu menolong kami mengambilkan air untuk ternakan kami".

Nabi Musa yang masih asing di negeri itu, tanpa fikir panjang langsung menerima undangan gadis itu dengan senang hati, lalu dia mengikuti gadis itu dari belakang menuju ke rumah ayahnya yang bersedia menerimanya, Nabi Musa pun berbincang-bincang dengan Syu'aib ayah kedua gadis itu yang sudah lanjut usdianya, Nabi Musa menceritakan kepadanya peristiwa yang terjadi pada dirinya ketika di Mesri sehingga terpaksa dia melarikan diri dan keluar meninggalkan mesir untuk menghindari hukuman penyembelihan yang telah direncanakan oleh kaum Fir'aun terhadap dirinya, setelah mendengar kisah tamunya itu Syu'aib pun berkata: "Engkau telah lepas dari pengejaran orang-orang yang zalim dan ganas itu berkat rahmat Tuhan dan pertolongan-Nya, Dan engkau sudah berada di sebuah tempat yang aman di rumah kami ini, di mana engkau akan tinggal dengan tenang dan tenteram selama engkau suka," selama Nabi Musa tinggal di rumah Syu'aib sebagai tamu yang dihormati dan disegani Nabi Musa telah dapat menawan hati keluarga tuan rumah yang merasa kagum akan keberaniannya, kecerdasannya, kekuatan jasmaninya, perilakunya yang lemah lembut, budi perkertinya yang halus serta akhlaknya yang luhur, hal itu telah menimbulkan cinta di dalam hati salah seorang dari kedua puteri Syu'aib untuk memperkerjakan Nabi Musa sebagai pembantu mereka, berkatalah gadis itu kepada ayahnya: "wahai ayah! Ajaklah Nabi Musa sebagai pembantu kami menguruskan urusan rumahtangga dan peternakan kami, dia adalah seorang yang kuat badannya, luhur budi perkertinya, baik hatinya dan dapat di percaya".

Usulan gadis itu pun disepakati dan diterima baik oleh ayahnya yang memang sudah menjadi angan-angannya sejak Nabi Musa tinggal bersamanya di rumahnya,kemudian diajaklah Nabi Musa berunding oleh Syu'aib dan berkatalah syu'aib kepadanya: "Wahai Nabi Musa! aku tertarik karena sikapmu yang manis dan cara bergaulmu yang sopan serta akhlak dan budi perkertimu yang luhur, mengingat usiaku yang semakin hari semakin tua, maka aku ingin sekali mengambilmu sebagai menantu, mengahwinkan engkau dengan salah seorang dari kedua gadisku ini, Jika engkau dengan senang hati menerima tawaranku ini, maka sebagai maskahwinnya, aku minta engkau bekerja sebagai pembantu kami selama delapan tahun mengurus penternakan kami dan rumahtangga yang memerlukan tenagamu, Dan aku sangat berterima kasih kepada mu bila engkau secara suka rela mau menambah dua tahun di atas delapan tahun yang menjadi syarat mutlak itu".


Nabi Musa yang lari dari mesir dan berada di negeri orang sebagai perantau, tidak memiliki sanak saudara, langsung menerima tawaran Syu'aib iut sebagai karunia dari Tuhan yang akan mengisi kekosongan hidupnya sebagai seorang bujang yang memerlukan teman hidup untuk menemaninya, tanpa berfikir panjang Nabi Musa berkata kepada Syu'aib: "Aku merasa sangat bahagia, jika engkau mau menerimaku sebagai menantu, semoga aku tidak menghampakan harapan mu yang telah berjasa kepada diriku sebagai tamu yang diterima dengan penuh hormat dan ramah tamah, kemuddian dijadikannya sebagai menantu, dengan Syarat kerja yang engkau berikan sebagai maskahwin dan aku setujui dengan penuh tanggungjawab dan senang hati".

Setelah masa delapan tahun bekerja sebagai pembantu Syu'aib ditambah dengan suka rela dilampaui oleh Nabi Musa dua tahun, dikahwinkanlah dia dengan puterinya yang bernama Shafura, Dan sebagai haddiah perkahwinan diberinyalah pasangan pengantin baru itu oleh Syu'aib beberapa ekor kambing untuk dijadikan modal pertama bagi hidupnya yang baru sebagai suami-isteri, Pemberian beberapa ekor kambing itu juga merupakan tanda terimaksih Syu'aib kepada Nabi Musa yang selama ini di bawah pengurusannya, penternakan Syu'aib menjadi berkembang bdiak dengan cepatnya dan memberi hasil serta keuntungan yang berlipat ganda.

Sepuluh tahun lebih Nabi Musa meninggalkan Mesir, sejak dia melarikan diri dari buruan kaum Fir'aun, maka wajarlah bila dia merindukan Mesir dan ingin pulang kembali setelah dia beristerikan Shafura, puteri Syu'aib.


Bergegaslah Nabi Musa dengan isterinya mengemasi barang dan menyediakan kenderaan lalu meminta restu dari orang tuanya dan bertolaklah menuju ke selatan menghindari jalan umum supaya tidak diketahui oleh orang-orang Fir'aun yang masih mencarinya, setibanya di "Thur Sina" tersesatlah Nabi Musa kehilangan arah dan bingung manakah yang harus dia tempuh, dengan keadaan seperti itu terlihatlah sinar api yang menyala-nyala di atas lereng sebuah bukit, dia berhenti lalu lari ke arah terlihatnya api itu sambil berkata kepada isterinya: "Tinggallah kamu disini menantiku, Aku pergi melihat api yang menyala di atas bukit itu dan aku akan segera kembali, mudah-mudahan aku dapat membawa satu berita kepadamu dari tempat api itu atau setidak-tidaknya membawa sesuluh api untuk menghangatkan badanmu yang sedang menggigil kedinginan".

Setelah Nabi Musa sampai ke tempat api itu terdengar suara seruan kepadanya datang dari sebatang pohon kayu di pinggir lembah tepat di sebelah kanannya pada tempat yang diberkahi Allah, suara seruan yang didengar oleh Nabi Musa itu ialah: "Wahai Nabi Musa! Aku ini adalah Tuhanmu, maka bersujudlah kamu, sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci Thuwa, dan aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan Kuwahyukan kepadamu, sesungguhnya aku ini adalah Allah tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah solat untuk mengingat Aku," itulah wahyu yang pertama yang diterima langsung oleh Nabi Musa sebagai tanda kenabdiannya, dia telah dinyatakan oleh Allah sebagai rasul dan nabi-Nya yang dipilih dalam kesempatan berbicara langsung dengan allah di atas bukit Thur Sina itu, Nabi Musa diberi bekal oleh Allah yang Maha kekuasaan dua jenis mukjizat sebagai persdiapan untuk menghadap kaum Fir'aun yang sombong dan zalim itu, Kemudian Allah bertanya kepada Nabi Musa: "Apakah yang engkau pegang dengan tangan kananmu itu hai Nabi Musa!" pertanyaan yang mengandung arti yang lebih dalam dari apa yang sepintas lalu dapat ditangkap oleh Nabi Musa dengan jawabannya yang sederhana, "Ini adalah tongkatku, aku berangkat dengannya dan aku pukul daun dengannya untuk makanan kambingku, Selain itu aku dapat pula menggunakan tongkatku untuk keperluan-keperluan lain yang penting bagiku".

Arti dari pertanyaan Allah yang nampak sederhana itu baru dimegertikan oleh Nabi Musa setelah Allah memerintahnya agar meletakkan tongkat itu di atas tanah, lalu menjelmalah menjadi seekor ular besar yang merayap dengan cepat sehingga menjadikan Nabi Musa lari ketakutan, dan Allah berseru kepadanya: "Peganglah ular itu dan jangan takut, Kami akan mengembalikannya seperti semula".

Maka begitu ular yang sedang merayap itu ditangkap dan dipegang oleh Nabi Musa, dia segera kembali menjadi tongkat yang dia terima dari Syu'aib, mertuanya waktu dia berangkat dari Madyan.

Mukjizat yang kedua, Allah memerintahkan kepada Nabi Musa agar mengepitkan tangannya kr ketiaknya yang nyata setelah dilakukannya perintah itu, tangannya menjadi putih cemerlang tanpa cacat atau penyakit.

Sampai di sini dulu kisahnya ya gan, admin capek nandi di sambung dengan judul yanglain namun ceritanya tetap meneruskan dari cerita ini,untuk itu tetaplah untuk rajin menengok fauzilblog001.blogspot.com agar dapat mengikuti kisah lanjutannya, terimakasih.

Updated lanjuta kisah di atas dengan judul: Kisah Nabi Musa Lanjutan 1 Adu Kekuatan Dengan Para Penyihir Raja Fir'aun.