Fauzilblog001.blogspot.com ~ kisah ini melanjutkan kisah yang sebelumnya saya tulis dan saya publikasikan dengan judul: Kisah Nabi Musa Lanjutan 4 Bani Isra'il Mengembara Tidak Memiliki Tempat Tinggal Yang Menetap.
Inilah kelanjutan kisahnya yang mungkin sudah juragan tunggu-tunggu.
Nabi Nabi Musa A,S, dan Al-Khidir.
Pada swatu hari Nabi Musa berpidato di depan kaumnya Bani Isra'il, Nabi Musa berdakwah untuk mereka, untuk memberi nasehat dengan mengingatkan mereka atas karunia dan nikmat Allah S.w.t yang telah di berikan untuk mereka yang seharusnya diimbangi dengan syukur dan pelaksanaan ibadah yang tulus, melakukan semua perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-larangan-Nya, Nabi Musa menjanjikan pahala syurga seorang yang taat dan bagi mereka yang mengingkari nikmat Allah S.w.t diancam dengan siksa api neraka.
Setelah Nabi Musa mengakhiri pidatonya bangunlah di antara para hadirin bertanya kepada Nabi Musa: "Wahai Nabi Musa, siapakah di atas bumi Allah S.w.t ini yang paling pandai dan paling berpengetahuan?" Nabi Musa menjawab: "Aku", Apakah tidak ada orang yang lebih pandai dan lebih berpengetahuan daripadamu?" Tanya lagi si penanya itu, Jawab Nabi Musa: "Tidak ada", seraya berkata dalam hati kecilnya: " Bukankah aku Nabi terbesar di antara Bani Isra'il? Aku adalah penakluk Raja Fir'aun, pemegang berbagai mukjizat, yang telah dapat membelah laut dengan tongkatku dan akulah yang memperoleh kesempatan bercakap-cakap langsung dengan Tuhan, Maka kemuldiaan apa lagi yang dapat melebihi kemuldiaan serta kebesaran yang aku capai itu, yang belum pernah dialami dan dicapai oleh siapapun pun sebelum aku,".
Sikap sombong yang tercermin dalam kata-kata Nabi Musa itu, dicela oleh Allah S.w.t yang memperingatkan kepada Nabi Musa bahwa ilmu itu lebih luas untuk dimiliki seseorang, meskipun dia adalah seorang rasul dan sesungguhnya luasnya ilmu dan pengetahuan seseorang itu akan terdapat orang lain yang lebih pandai dan lebih alim daripadanya, Selanjutnya untuk melanjutkan kekurangan yang ada pada diri Nabi Musa Allah S.w.t memimpinkan untuknya agar menemui seorang ummat-Nya di suatu tempat di mana dua lautan bertemu, ummat yang soleh yang telah diberinya rahmat dan ilmu oleh Allah S.w.t itu akan memberi tambahan pengetahuan dan ilmu untuk Nabi Musa sehingga dapat menjadikan Nabi Musa sadar bahwa tidak ada manusia yang dapat membanggakan dirinya dengan mengatakan bahwa akulah orang yang terpandai dan berpengetahuan luas di atas bumi ini.
Nabi Musa berkata kepada Tuhan: "Wahai Tuhanku, aku akan pergi mencari ummat-Mu yang soleh itu, untuk memperolehi bunga api ilmunya dan mendapat titisan air pengetahuan dan ilham yang telah Engkau berikan untuknya".
Dan Allah S.w.t berfirman untuk Nabi Musa: "Bawalah seekor ikan didalam sebuah keranjang selama perjalananmu mencari dia dan perlu kamu ketahui bahwa di tempat di mana engkau akan kehilangan ikan dalam keranjangmu itu, di situlah engkau akan menemui ummat-Ku yang soleh itu," Nabi Musa segera menyiapkan diri untuk melakukan perjalanan yang jauh, dalam perjalanan Nabi Musa itu dia didampingi oleh "Yusya' bin Nun" salah satu seseorang dari para pengikutnya yang setia, dia membawa bekal makanan dan minuman di antaranya sebuah keranjang yang terisi seekor ikan sesuai dengan petunjuk Allah S.w.t, dia berjanji tidak akan kembali sebelum dia menemui ummat Allah S.w.t yang soleh itu meskipun dia harus melakukan perjalanan yang berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun jika perlu, dia berpesan kepada temannya Yusya' bin Nun agar segera memberitahu kepadanya apabila ikan yang di dalam keranjang yang dibawanya itu hilang.
Ketika Nabi Musa dan temannya Yusya' bin Nun sampai di mana dua lautan bertemu yang telah diisyaratkan dalam firman Allah S.w.t kepada Nabi Musa, waktu itu Nabi Musa tertidur di atas sebuah batu yang besar yang berada di tepi lautan, Pada saat dia sedang tertidur nyenyak, turunlah hujan rintik-rintik, membasahi seekor ikan yang di bawa Nabi Musa di dalam keranjang itu dan tanpa mereka sadari ikan tersebut melompat masuk ke dalam laut.
Setelah Nabi Musa bangun dari tidurnya, mereka pun meneruskan perjalanan yang tidak menentu arah maupun tujuan itu, Dan dalam perjalanan yang sudah agak jauh, berhentilah Nabi Musa beristirehat sekadar untuk menghilangkan rasa penatnya sambil meminta Yusya bin Nun untuk menyiapkan makanannya karena dia sudah sangat lapar, ketika Yusya bin Nun membuka keranjang untuk mengambil makanan teringatlah olehnya atas ikan yang hilang dan melompat ke dalam laut, Maka berkatalah Yusya' untuk Nabi Musa: "Aku telah dilupakan oleh syaitan untuk memberitahumu segera, bahwa ketika engkau berada di atas batu karang sedang tidur nyenyak, ikan kami yang berada di dalam keranjang tiba-tiba hidup kembali setelah kejatuhan air hujan dan melompat masuk ke dalam laut, seharusnya aku melapurkannya sesuai dengan pesananmu, namun aku dilupakan oleh syaitan."
Wajah Nabi Musa yang tadinya berseri-seri kini menjadi kegirangan karena mendengar berita itu dari Yusya'.
Berkata Nabi Musa kepada Yusya': "itulah tempat yang kita tuju dan disini kita akan menemui orang yang kita cari, Marilah kita kembali ke tempat batu karang itu yang menjadi tempat tujuan terakhir dari perjalanan kita yang jauh ini."
Berkata Nabi Musa kepada Yusya': "itulah tempat yang kita tuju dan disini kita akan menemui orang yang kita cari, Marilah kita kembali ke tempat batu karang itu yang menjadi tempat tujuan terakhir dari perjalanan kita yang jauh ini."
Setelah mereka sampai di tempat di mana mereka telah kehilangan ikan, mereka melihat seorang bertubuh kurus langsing yang pada wajahnya tampak cahaya dan iman serta tanda-tanda orang soleh, dia sedang menutpi tubuhnya dengan pakaiannya sendiri, yang segera disingkapnya waktu mendengar kata-kata salam dari Nabi Musa untuknya.
percakapan Nabi Musa dan khidhir:
Nabi Khidhir bertanya kepada musa: "siapakah engkau?".
Nabi Musa pun menjawab: "Aku adalah Nabi Musa."
Nabi Khidhir : "Nabi Musa, Nabi Bani Isra'ilkah?" musa menjawab: "Betul".
Musa bertanya: "Dari mana engkau tahu jika aku ini adalah Nabi Bani Isra'il?"
Nabi Khidhir: "Dari yang mengutusmu untukku".
Nabi Khidhir bertanya kepada musa: "siapakah engkau?".
Nabi Musa pun menjawab: "Aku adalah Nabi Musa."
Nabi Khidhir : "Nabi Musa, Nabi Bani Isra'ilkah?" musa menjawab: "Betul".
Musa bertanya: "Dari mana engkau tahu jika aku ini adalah Nabi Bani Isra'il?"
Nabi Khidhir: "Dari yang mengutusmu untukku".
Musa bicara dalam hatinya:"Inilah ummat Allah S.w.t yang aku cari",
Musa pun mendekati Nabi Khidhir dan berkata untuknya: "maukah engkau mengijinkan aku untuk ikut bersamamu dan berjalan kepadamu ke mana saja engkau pergi sebagai bayanganmu dan sebagai muridmu? Aku akan mematuhi semua petunjuk dan perintahmu,"
Nabi Khidhir menjawab: "kamu tidak akan sabar dan tidak dapat menahan diri jika kamu mengikutiku dan berjalan bersamaku, kamu akan mengalami dan melihat hal-hal yang ajaib yang sepintas nampak terlihat perbuatan yang salah dan mungkar namun sesungguhnya itu adalah perbuatan benar dan wajar jika kamu sebagai manusia tidak akan berdiam diri melihatku melakukan perbuatan dan tingkah laku yang ganjil menurut pandanganmu,"
Nabi Musa pun menjawab dengan sikap seorang murid yang ingin belajar dan menambah pengetahuan: "Insya-Allah S.w.t engkau akan mendapati aku seorang yang sabar yang tidak akan melanggar sesuatu perintah atau petunjuk daripadamu,"
Berkata Nabi Khidhir untuk Nabi Musa: "JIka kamu memang benar-benar ingin mengikutiku dan berjalan bersamaku maka kamu harus berjanji untuk tidak akan mendahului bertanya tentang sesuatu yang aku perbuat sebelum aku memberitahukannya kepadamu, Engkau harus berjanji bahwa engkau tidak akan menentang semua perbuatan dan tindakan yang aku lakukan dihadapan mu walaupun menurut pandanganmu itu salah dan mungkar, Aku sendiri yang akan memberi alasan dan tafsiran untuk semua tindakan dan perbuatanku itu kepadamu nanti pada akhir perjalanan kita berdua,"
Musa pun mendekati Nabi Khidhir dan berkata untuknya: "maukah engkau mengijinkan aku untuk ikut bersamamu dan berjalan kepadamu ke mana saja engkau pergi sebagai bayanganmu dan sebagai muridmu? Aku akan mematuhi semua petunjuk dan perintahmu,"
Nabi Khidhir menjawab: "kamu tidak akan sabar dan tidak dapat menahan diri jika kamu mengikutiku dan berjalan bersamaku, kamu akan mengalami dan melihat hal-hal yang ajaib yang sepintas nampak terlihat perbuatan yang salah dan mungkar namun sesungguhnya itu adalah perbuatan benar dan wajar jika kamu sebagai manusia tidak akan berdiam diri melihatku melakukan perbuatan dan tingkah laku yang ganjil menurut pandanganmu,"
Nabi Musa pun menjawab dengan sikap seorang murid yang ingin belajar dan menambah pengetahuan: "Insya-Allah S.w.t engkau akan mendapati aku seorang yang sabar yang tidak akan melanggar sesuatu perintah atau petunjuk daripadamu,"
Berkata Nabi Khidhir untuk Nabi Musa: "JIka kamu memang benar-benar ingin mengikutiku dan berjalan bersamaku maka kamu harus berjanji untuk tidak akan mendahului bertanya tentang sesuatu yang aku perbuat sebelum aku memberitahukannya kepadamu, Engkau harus berjanji bahwa engkau tidak akan menentang semua perbuatan dan tindakan yang aku lakukan dihadapan mu walaupun menurut pandanganmu itu salah dan mungkar, Aku sendiri yang akan memberi alasan dan tafsiran untuk semua tindakan dan perbuatanku itu kepadamu nanti pada akhir perjalanan kita berdua,"
Diterimanya pesyaratan Nabi Nabi Khidhir oleh Nabi Musa yang berjanji akan mematuhinya, maka diajaklah Nabi Musa mengikutinya dalam perjalanan khidhir.
Pelanggaran pertama di lakukan oleh Nabi Musa
Atas perjanjian Nabi Khidhir, pelanggaran itu terjadi ketika mereka sampai di tepi pantai, yang di mana terdapat sebuah perahu sedang berlabuh, Nabi Khidhir meminta pertolongan pemilik perahu itu, untuk menghantar mereka di suatu tempat yang di tuju, Dengan senang hati diangkutlah mereka berdua secara cuma-cuma tanpa bayaran bahkan dihormati dan diberi layanan yang baik kerana dilihatnya oleh pemilik perahu bahwa kedua orang itu memiliki sifat-sifat dan ciri-ciri yang tidak terdapat pada orang biasa, ketika mereka berada dalam perahu yang sedang berlabuh dengan lajunya di antara gelombang tiba-tiba Nabi Musa melihat Nabi Khidhir melubangi perahu itu dengan mengambil dua keping kayunya, Perbuatan tersebut dianggap oleh Nabi Musa suatu gangguan dan pengrusakan milik seseorang yang telah berbuat baik terhadap mereka,
Waktu itu Nabi Musa pun lupa akan janjinya sendiri dan ditegulah Nabi Khidhir dengan berkata: "Engkau telah melakukan perbuatan mungkar dengan merusak perahu ini, Apakah engkau berkeinginan untuk menenggelamkan perahu ini dengan semua penumpangnya? apa engkau tidak kasihan kepada pemilik perahu ini yang telah berjasa untuk kita dan menghantarkan kita ke tempat yang kami tuju tanpa membayar sesen pun?"
Berkata Nabi Khidhir menjawab teguran Nabi Musa: "Bukankah aku telah katakan bahawa engkau tidak akan sabar menahan diri jika melihat tindak-tandukku di dalam perjalananku,"
Nabi Musa berkata: "Maafkanlah daku, Aku telah lupa akan janjiku sendiri, Janganlah aku dipersalahkan dan dimarahi akan kelupaanku."
Pelanggaran Nabi Musa yang ke-dua.
Permintaan maaf Nabi Musa diterimalah oleh Nabi Khidhir dan tibalah meeka berdua di tempat yang dituju di sebuah pantai, lalu perjalanan dilanjutkan di darat dan bertemulah mereka dengan seorang anak kecil yang ber klamin laki-laki yang sedang bermain-main dengan teman-temannya, Tiba-tiba dipanggillah anak itu oleh Nabi Khidhir, dibawanya ke tempat yang agak jauh, dibaringkannya dan dibunuhnya anak kecil itu, Nabi Musa pun terkejut melihat tindakan Nabi Khidhir yang dengan sewenang-wenang telah membunuh seorang anak yang tidak berdosa, seorang yang mungkin sekali dalam fikiran Nabi Musa adalah harapan satu-satunya untuk kedua orang tuanya, Nabi Musa sebagai Nabi yang diutus oleh Allah S.w.t untuk memerangi kemungkaran dan kejahatan tidak bisa diam diri melihat Nabi Khidhir melakukan pembunuhan yang tidak beralasan itu, maka ditegurlah khidhir dengan berkata: "Mengapa engkau telah membunuh seorang anak yang tidak berdosa? Sesungguhnya engkau telah melakukan perbuatan yang mungkar dan keji,"
Nabi Khidhir menjawab dengan sikap dinginnya: "Bukankah aku telah berkata untukmu, bahwa engkau tidak akan sabar menahan diri berjalan dengan aku?"
Permintaan maaf Nabi Musa diterimalah oleh Nabi Khidhir dan tibalah meeka berdua di tempat yang dituju di sebuah pantai, lalu perjalanan dilanjutkan di darat dan bertemulah mereka dengan seorang anak kecil yang ber klamin laki-laki yang sedang bermain-main dengan teman-temannya, Tiba-tiba dipanggillah anak itu oleh Nabi Khidhir, dibawanya ke tempat yang agak jauh, dibaringkannya dan dibunuhnya anak kecil itu, Nabi Musa pun terkejut melihat tindakan Nabi Khidhir yang dengan sewenang-wenang telah membunuh seorang anak yang tidak berdosa, seorang yang mungkin sekali dalam fikiran Nabi Musa adalah harapan satu-satunya untuk kedua orang tuanya, Nabi Musa sebagai Nabi yang diutus oleh Allah S.w.t untuk memerangi kemungkaran dan kejahatan tidak bisa diam diri melihat Nabi Khidhir melakukan pembunuhan yang tidak beralasan itu, maka ditegurlah khidhir dengan berkata: "Mengapa engkau telah membunuh seorang anak yang tidak berdosa? Sesungguhnya engkau telah melakukan perbuatan yang mungkar dan keji,"
Nabi Khidhir menjawab dengan sikap dinginnya: "Bukankah aku telah berkata untukmu, bahwa engkau tidak akan sabar menahan diri berjalan dengan aku?"
Dengan rasa malu mendengar teguran Nabi Khidhir itu, berucaplah Nabi Musa: "Maafkanlah aku untuk kedua kalinya dan perkenankanlah untuk aku meneruskan perjalanan bersamamu dengan pengertian bahwa jika aku melanggar perjanjian ku yang ketiga kalinya, maka janganlah aku diperbolehkan mengikutimu lagi dan seterusnya, sesungguhnya telah cukup engkau memberi uzur dan memberi maaf untukku."
Pelanggaran Nabi Musa yang ke-tiga atas janji yang dua ucapkan.
Dengan janji terakhir yang diterima oleh Nabi Khidhir dari Nabi Musa diteruskanlah perjalanan mereka berdua sampai tiba di suatu desa di mana mereka ingin beristirehat untuk menghilangkan lelah dan penat mereka akibat perjalanan jauh yang telah ditempuh, Mereka berusaha untuk mendapat tempat penginapan sementara dan sedikit bahan makanan untuk sekadar mengisi perut kosong mereka, namun tidak seorang pun dari penduduk desa yang memang terkenal pelit itu yang mau menolong mereka memberi tempat beristirehat atau sesuap makanan sehingga dengan rasa kecewa mereka segera meninggalkan desa itu.
Dengan janji terakhir yang diterima oleh Nabi Khidhir dari Nabi Musa diteruskanlah perjalanan mereka berdua sampai tiba di suatu desa di mana mereka ingin beristirehat untuk menghilangkan lelah dan penat mereka akibat perjalanan jauh yang telah ditempuh, Mereka berusaha untuk mendapat tempat penginapan sementara dan sedikit bahan makanan untuk sekadar mengisi perut kosong mereka, namun tidak seorang pun dari penduduk desa yang memang terkenal pelit itu yang mau menolong mereka memberi tempat beristirehat atau sesuap makanan sehingga dengan rasa kecewa mereka segera meninggalkan desa itu.
Dalam perjalanan Nabi Musa dan Nabi Khidhir keluar dari desa itu mereka melihat dinding salah satu rumah desa itu nyaris roboh, Segera Nabi Khidhir menghampiri dinding itu dan ditegakkannya kembali tanpa meminta upah, dan secara spontan, tanpa disadari, Nabi Musa pun berkata kepada Nabi Khidhir: "Heran bin ajaib, mengapa engkau berbuat kebaikan untuk orang-orang yang jahat dan pelit ini, Mereka telah menolak untuk memberi kita tempat istirehat dan sesuap makanan untuk perut kita yang lapar, seharusnya engkau menuntut upah untuk usahamu menegakkan dinding itu, agar dengan upah yang engkau dapatkan itu kita bisa menutupi keperluan makan minum kita,"
Nabi Khidhir menjawab: "Wahai Nabi Musa, inilah saatnya kita berpisah sesuai dengan janjimu yang terakhir, Cukup sudah aku memberimu kesempatan dan uzur, Akan tetapi sebelum kita berpisah, akan aku jelaskan kepadamu apa tujuan serta alasan-alasan perbuatan-perbuatanku yang engkau rasakan tidak wajar dan kurang patut itu."
Penjelasan Nabi Khidhir tentang perbuatannya yang terlihat mungkar.
"Perlu kamu ketahui hai Nabi Musa", "Sesungguhnya pengrusakan perahu yang kita tumpangi itu adalah untuk menyelamatkannya dari perampokan oleh seorang raja yang zalim yang sedang mengejar di belakang perahu itu, Sedangkan perahu itu adalah milik orang fakir-miskin yang digunakan sebagai sarana mencari nafkah hidup mereka sehari-hari, dengan cara melubangi perahu itu, maka raja yang zalim itu akan berfikir dua kali untuk merampas perahu yang dianggapnya sudah rusak dan berlubang itu, maka perbuatanku yang awalnya merusak milik orang lain, namun tujuannya adalah menyelamatkannya dari tindakan perampasan yang sewenang-wenang."
"Perlu kamu ketahui hai Nabi Musa", "Sesungguhnya pengrusakan perahu yang kita tumpangi itu adalah untuk menyelamatkannya dari perampokan oleh seorang raja yang zalim yang sedang mengejar di belakang perahu itu, Sedangkan perahu itu adalah milik orang fakir-miskin yang digunakan sebagai sarana mencari nafkah hidup mereka sehari-hari, dengan cara melubangi perahu itu, maka raja yang zalim itu akan berfikir dua kali untuk merampas perahu yang dianggapnya sudah rusak dan berlubang itu, maka perbuatanku yang awalnya merusak milik orang lain, namun tujuannya adalah menyelamatkannya dari tindakan perampasan yang sewenang-wenang."
Anak kecil yang di bunuh.
"masalah anak yang aku bunuh itu adalah bertujuan menyelamatkan kedua orang tuanya dari gangguan anak yang durhaka itu, Kedua orang tua anak itu adalah orang-orang yang mukmin, soleh dan bertakwa yang aku kawatirkan akan menjadi tersesat dan melakukan hal-hal yang buruk karena dorongan anaknya yang durhaka itu, Aku harapkan dengan membunuh anak itu Allah S.w.t akan memberikan anak lagi yang soleh dan berbakti untuk mereka berdua,"
"masalah anak yang aku bunuh itu adalah bertujuan menyelamatkan kedua orang tuanya dari gangguan anak yang durhaka itu, Kedua orang tua anak itu adalah orang-orang yang mukmin, soleh dan bertakwa yang aku kawatirkan akan menjadi tersesat dan melakukan hal-hal yang buruk karena dorongan anaknya yang durhaka itu, Aku harapkan dengan membunuh anak itu Allah S.w.t akan memberikan anak lagi yang soleh dan berbakti untuk mereka berdua,"
Tembok yang hampir ambruk.
"Untuk tembok rumah yang aku perbaiki dan aku tegakkan kembali itu adalah karena dibawahnya telah terpendam harta peninggalan milik dua orang anak yatim piatu, Ayah mereka adalah seorang yang soleh ahli ibadah dan Allah S.w.t menghendaki warisan yang ditinggalkan untuk kedua anaknya itu sampai ketangan mereka selamat dan utuh jika mereka sudah dewasa nanti, sebagai rahmat dari Tuhan serta ganjaran untuk ayah mereka yang soleh dan bertakwa itu."
"Seperti itulah wahai Nabi Musa, apa yang ingin engkau ketahui tentang tujuan tindakan-tindakanku yang sepintas engkau anggap itu buruk dan melanggar hukum, Semuanya itu akulakukan bukan atas kemauanku sendiri melainkan atas tuntunan wahyu Allah S.w.t untukku."
Cukup dulu kisahnya di lanjutkan lain waktu ya gan, karena masih panjang banget nih kisah tentang Nabi Musa, tetaplah untuk menengok fauzilblog001.blogspot.com untuk melihat update kisah terbaru dari kami, selain sebagai penulis di sini saya juga seorang islam yang ingin menekankan kepada para sahabat islam untuk membagikan tautan ini kepada teman ataupun keluarga, terimakasih.
Updated kelanjutan kisah di atas saya beri judul: Kisah Nabi Musa Lanjutan 6 Qarun Seseorang Yang Kaya Raya.
Updated kelanjutan kisah di atas saya beri judul: Kisah Nabi Musa Lanjutan 6 Qarun Seseorang Yang Kaya Raya.